-->
  • TELAAH KURIKULUM BIOLOGI SMA KTSP


    TELAAH KURIKULUM BIOLOGI SMA
    KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

     

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

    PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    UNIVERSITAS JAMBI
    2016
     






    A.Latar Belakang diterapkannnya Kurikulum Berbasis Kompetensi
    Pemerintah melalui departemen  pendidikan nasional melakukan pembaharuan kurikulum dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan hasil revisi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yang cenderung content based. Kurikulum baru tersebut menekankan aspek kompetensi  yang diharapkan akan  menghasilkan  lulusan yang lebih baik  dan siap menghadapi  kehidupan masyarakat. KTSP ingin  memusatkan diri  pada pengembangan seluruh  kompetensi peserta didik. Peserta didik dibantu agar kompetensinya muncul  dan berkembang secara maksimal melalui proses belajar mengajar yang menekakan kompetensi  dengan pendekatan  Contextual Teaching and Learning (CTL) dan lifeskill diharapkan  peserta didik  akan menjadi  pribadi yang unggul secara akademis  maupun non akademis.
    Ada beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan dasar dan alasan mengapa KTSP diimplementasikan dalam pendidikan nasional. Berikut dijabarkan beberapa alasan :
    1.       Tekait dengan keanekaragaman budaya, adat, sosial, sumber daya dan tradisi. KTSP hadir sebagai sebuah langkah persiapan untuk mengoptimalkan seluruh keanekaragaman itu. Dengan sistem desentralisasi pendidikan, sebuah institusi pendidikan diharapkan mampu mengoptimalkan dan melestarikan keanekaragaman yang dimiliki oleh daerahnya masing-masing.
    2.      Setiap institusi pendidikan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya satu. Masalah yang ada di institusi pendidikan yang satu belum tentu terjadi di institusi pendidikan lainnya. KTSP diharapkan mampu menjadi sebuah pemecahan masalah yang ada di satuan pendidikan itu sendiri. Karena yang paling mengenal sebuah institusi pendidikan adalah institusi itu sendiri, dalam hal ini seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di institusi tersebut.
    3.      Memberikan kesempatan kepada seluruh unsur pendidikan, yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat untuk berperan aktif dalam memajukan suatu institusi pendidikan. Peran komite sekolah, yang terdiri dari perwakilan orang tua dan tokoh masyarakat setempat, diharapkan mampu memberikan kontribusi ide dan saran yang nantinya akan dijadikan sebagai sebuah pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing.
    4.      Ketika dimunculkan dan diperkenalkan serta diujicobakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, diperkenalkanlah Paradigma Baru PKn. Paradigma dalam hal ini dimaksudkan merupakan kesepakatan dari suatu komunitas tentang hal-hal yang bersifat mendasar seperti: materi pokok keilmuan, sudut pandang atau orientasi, visi dan misi. Paradigma baru PKn merupakan upaya untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi PKn selama ini.
    Kemudian setelah ada PP No. 19 Tahun 200 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan , dimana yang termasuk jenis standar nasional adalah standar isi dan standar kompetensi lulusan (SKL) sebagai titik tolak dalam penyusunan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
    Dalam pengembangan KTSP secara garis besar ada 2 landasan atau dasar, Yaitu: landasan empirik dan landasan formal (yuridis/hukum). Adapun landasan empirik  dari pengembangan KTSP diantaranya adalah:
    1.      Adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat dari sudut proses maupun hasil belajar. Dari susut proses misalnya, pendidikan diindonesia pada masa itu kurang mampu mengembangkan keterampilan peserta didik secara utuh. Proses  pendidikan cenderung berorientasi hanya pada pengembangan  kognitif atau pengembangan intelektual , sedangkan pengembangan sikap dan psikomotor cenderung terabaikan. Melalui KTSP sebagai kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetisi mendorong proses pendidikan tidak hanya terfolus pada pengembangan intelektual saja akan tetapi juga pembentukan sikap dan ketrampilan secara seimbang  yang dapat direfleksikan dalam kehidupan nyata.
    2.      Indonesia adalah negara yang sangat luas yang mempunyai keragaman sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda. Selama ini kurikulum yang bersifat sentralisasi cenderung mengabaikan potensi dan kebutuhan daerah yang berbeda itu. Akibatnya, lulusan pendidikan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan daerah dimana siswa tinggal. KTSP sebagai kurikulum yang cenderung  bersifat desentralisasi memiliki prinsip berorientasi pada kebutuhan dan potensi daerah. Artinya, keaneka ragaman daerah baik dilihat dari sosial, budaya, dan kebutuhan harus dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunan dan pengembangan kurikulum.
    3.      Selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif. Sekolah hanya untuk melaksanakan kurikulum yang disusun oleh pusat, yang kemudian berimbas pada kurangnya peran dan tanggung jawab masyarakat dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program sekolah. KTSP sebagai kurikulum desentralistik menuntut peran aktif masyarakat, sebab KTSP disusun dan dirancang oleh sekolah dan masyarakat , sehingga berbagai keputusan sekolah tentang pengembangan kurikulum dan pengimplementasiannya  menjadi tanggung jawab masyarakat.

    B.. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan KTSP
    Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, Beberapa karakteristik KTSP yaitu sebagai berikut :
           Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidika
    KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Selain itu, sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
           Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
    Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
           Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
    Dalam KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
           Tim Kerja yang Kompak dan Transparan
    Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan oleh semu pihak. Dalam pelaksanaan pembelajaran misalnya pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai tujuan atau target yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (sinergistic effect) dari kolaborasi team yang kompak dan transparan. ”.
    KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteks  desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baru terhadap system yang sedang berjalan selama ini. hal ini diharapkan dapat membawa dampak  terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
    Tujuan KTSP
                Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan  Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Masnur, 2007:1)
    Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengurus Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dewan Sekolah.
                Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
    1.         Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
    2.         Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
    3.         Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
    Struktur dan Muatan KTSP
    1.      Struktur KurikulumSMA/MA
    Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
    jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII.Struktur
    kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
    pelajaran.
    Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas empat program:
    (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam,
    (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial,
    (3) Program Bahasa, dan
     (4) Program Keagamaan, khusus untuk MA. 
    a).  Kurikulum SMA/MA Kelas X
    1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan
    pengembangan diri.
    2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
    struktur kurikulum.
    3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit
    4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu
     

    C. Permasalahan yang muncul saat diterapkannya KTSP
    1.      Dari semua aspek yang telah dipaparkan, KTSP terkesan merupakan kurikulum yang sangat tepat untuk diterapkan di Indonesia. Namun dalam tahap pengimplementasiannya, KTSP masih sangat jauh dari konsep yang ada. Berdasarkan data yang ada, berikut beberapa masalah dalam implementasi KTSP : Standarisasi yang masih diterapkan oleh pemerintah yaitu berupa Ujian Nasional (UN). Jika KTSP dibuat dan dirancang sedemikian rupa oleh satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata yang ada, mengapa pemerintah harus repot-repot mengadakan UN? Prinsip diversifikasi yang diterapkan dalam KTSP secara jelas mencantumkan bahwa tiap satuan pendidikan itu memiliki perbedaan. Pemerintah tidak bisa seenaknya “memukul rata” seluruh sekolah di Indonesia untuk siap mengikuti ujian nasional.
    2.      Kualitas tenaga pendidik yang masih sangat kurang dalam mengakomodir tugas KTSP secara keseluruhan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, dalam KTSP, tenaga pendidik menjadi perancang, pelaksana dan pengevaluasi kurikulum yang ada di sekolah tersebut. Oleh sebab itu, kompetensi yang dimiliki haruslah mampu mengakomodir seluruh tugas tersebut. Faktanya, pelaksanaan Pendidikan Guru serta sertifikasi yang diadakan masih belum mampu membekali guru untuk dapat merancang sebuah kurikulum pembelajaran yang memenuhi tujuan keseluruhan dari KTSP.
    3.      Sosialisasi yang dilakukan pemerintah masih belum sempurna seluruhnya. Dalam sebuah Stadium General, Prof. Dr. Tilaar pernah mengatakan bahwa hampir ratusan guru di Sumatera Utara yang hadir saat seminar yang diisi oleh beliau mengatakan bahwa mereka tidak mengerti bagaimana KTSP harus dirancang. Yang mereka tahu adalah bagaimana mempersiapkan murid agar lulus ujian nasional. Sungguh sebuah ironi, mengingat bahwa seharusnya KTSP dirancang dan dikembangkan oleh guru, namun guru itu sendiri belum memahami sepenuhnya apa itu KTSP. Kesempurnaan konsep yang ada pada KTSP menjadi tidak berarti ketika pelaksanaannya masih jauh dari angan. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada implementasi KTSP tentunya membutuhkan tindak lanjut dan langkah perbaikan yang harus dilakukan.
    D.    .Analisis SWOT
    Teknik analisis SWOT yaitu memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang dimiliki oleh suatu kebijakan. Penggunaan teknik ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang lebih komprehensif yang terkait dengan kebijakan tersebut.
           Strength (Kekuatan)
    Kekuatan bagi terlaksananya KTSP  ini adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan  kurikulum., seperti melalui kemandirian dan inisisatif sekolah, kepedulian warga sekolah di masyarakat, dan adanya kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan.
    Hal lain yang juga menjadi kekuatan kurikulum ini adalah KTSP merupakan kurikulum yang bersifat desentralisasi atau otonomi yang memberikan kewenangan penuh kepada setiap lembaga sekolah atau satuan pendidikan dalam mengembangan dan meningkatkan mutu pendidikannya.
           Weakness (Kelemahan)
    Berbicara masalah kekuatan, ada pula yang menjadi kelemahan kurikulum ini, yaitu segi pengelolaannya dikhawatirkan sebagaimana budaya yang telah lalu, KTSP dianggap sebagai sebuah proyek. Jadi, saat ini orang/individu atau lembaga-lembaga berlomba-lomba untuk dapat menikmati ciptaan proyek ini. Mereka bisa saja tidak peduli.
    Kelemahan lainnya adalah dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai Otonomi Daerah (OTDA), kemungkinan terjadinya hambatan menjadi besar juga. Diantara kemungkinan hambatan tersebut adalah , kebijakan OTDA masih baru, masih perlu waktu sosialisasi tentu akan berpengaruh juga pada yang namanya OTDA dalam pendidikan. SDM di berbagai tempat cukup beragam, sarana dan prasarana juga amat menentukan, tentu kesiapan masing-masing daerah akan berbeda. Di daerah yang cukup kaya ditambah dengan SDM yang memadai, OTDA di bidang pendidikan tidak akan jadi masalah
           Opportunity (Kesempatan/Peluang)
    Terlepas dari itu semua, kita tidak pernah akan tahu tentang bagusnya suatu pembaruan model, termasuk KTSP. Kita tidak akan pernah maju selama kita selalu dihantui oleh perasaan takut gagal. Jika diyakini sesuatu mengandung kebaikan, kita harus berani mencobanya. Seperti sabda Nabi Muhammad yang diambil dari ayat suci Al-Qur’an yaitu “Allah tidak akan mengubah suatu kaum hingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri “.
    Ide baik telah dilontarkan oleh orang-orang bijak, khususnya orang-orang pintar yang berkelimpang di dunia pendidikan. Hasil pikir mereka bukan tanpa dasar. Oleh karena itu ide memperbaiki kurikulum merupakan lebih baik daripada statis. Apalagi sekarang sedang hangat-hangatnya pengalokasian dana pendidikan yang cukup besar (dibandingkan sebelumnya). Oleh karena itu indikasi dan peluang ini harus benar-benar dimanfaatkan. Seluruh stakeholder harus menjemput bola untuk sebesar-besarnya mendukung terlaksananya  KTSP
           Threat (Tantangan/Ancaman)
    Tantangan bagi terlakasananya kurikulum tingkat satuan pendidikan ini  adalah masalah implementasi. Perencanaan yang baik belum tentu akan menghasilkan produk yang baik. Hal tersebut tergantung pada implementasi, di mana harus ada dukungan dari semua pihak. Monitoring harus berjalan terus dan berisi laporan apa adanya dengan terus melakukan perbaikan-perbaikan pada celah-celah yang rentan pada kegagalan.
    Tantangan  lain dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah adalah : (1) belum semua warga sekolah dapat memahami secara utuh esensi KTSP (2). Sekolah masih menghadapi kesulitan dalam proses penyusunan kurikulum sampai dengan proses pelaksanaannya. (3). Dalam pelaksanaannya, KTSP belum optimal diterapkan karena belum memadainya faktor-faktor pendukung pelaksanaannya (antara lain: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, manajeman, serta pembiayaan).
    Dalam menghadapi tantangan tersebut, para Pembina pendidikan di tingkat pusat (Direktorat Pembinaan SMA), tingkat propinsi ( Dinas Pendidikan Propinsi) dan tingkat kabupaten/kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota), perlu bersinergi membantu sekolah untuk mengatasi permasalahan tersebut.

    E.    Perbedaan Kuriklum 2004 dan KTSP

    ASPEK
    KURIKULUM 2004
    KURIKULUM 2006
    1. Landasan Hukum
    • Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
    • UU No. 20/1999 – Pemerintah-an Daerah
    • UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
    • PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
    • UU No. 20/2003 – Sisdiknas
    • PP No. 19/2005 – SPN
    • Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi
    • Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
    2. Implementasi /
    Pelaksanaan
    Kurikulum
    • Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
    • Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
    • Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.
    • Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL
    3. Ideologi Pendidik-
    an yang Dianut
    • Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
    • Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
    4. Sifat (1)
    • Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
    • Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
    5. Sifat (2)
    • Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)
    • Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
    6. Pendekatan
    • Berbasis Kompetensi
    • Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian
    • Berbasis Kompetensi
    • Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
    7. Struktur
    • Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
    • Ada perubahan nama mata pelajaran
    • Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
    • Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
    • Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
    • Ada perubahan nama mata pelajaran
    • KN dan IPS di SD dipisah lagi
    • Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
    8. Beban Belajar
    • Jumlah Jam/minggu :
    • SD/MI = 26-32/minggu
    • SMP/MTs = 32/minggu
    • SMA/SMK = 38-39/minggu
    • Lama belajar per 1 JP:
    • SD = 35 menit
    • SMP = 40 menit
    • SMA/MA = 45 menit
    • Jumlah Jam/minggu :
    • SD/MI 1-3 = 27/minggu
    • SD/MI 4-6 = 32/minggu
    • SMP/MTs = 32/minggu
    • SMA/MA= 38-39/minggu
    • Lama belajar per 1 JP:
    • SD/MI = 35 menit
    • SMP/MTs = 40 menit
    • SMA/MA = 45 menit
    9. Pengembangan
    Kurikulum lebih
    lanjut
    • Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
    • Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran
    • Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.
    • Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
    • Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    10. Prinsip
    Pengembangan
    Kurikulum
    1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
    2. Penguatan Integritas Nasional
    3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
    4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
    5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
    6. Pengembangan Kecakapan Hidup
    7. Belajar Sepanjang Hayat
    8. Berpusat pada Anak
    9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
    1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
    2. Beragam dan terpadu
    3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
    4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
    5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
    6. Belajar sepanjang hayat
    7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
    11. Prinsip
    Pelaksanaan
    Kurikulum
    Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
    1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
    1. Menegakkan lima pilar belajar:
    1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
    2. belajar untuk memahami dan menghayati,
    3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
    4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
    5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
    3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
    1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
    5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
    6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
    7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
    12. Pedoman
    Pelaksanaan
    Kurikulum
    1. Bahasa Pengantar
    2. Intrakurikuler
    3. Ekstrakurikuler
    4. Remedial, pengayaan, akselerasi
    5. Bimbingan & Konseling
    6. Nilai-nilai Pancasila
    7. Budi Pekerti
    8. Tenaga Kependidikan
    9. Sumber dan Sarana Belajar
    10. Tahap Pelaksanaan
    11. Pengembangan Silabus
    12. Pengelolaan Kurikulum
    Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.
     
    F.    Perbedaan Esensial Sk Dan Kd Antara Kurikulum 2004 Dan Kurikulum KTSP

    Hal yang sering dikatakan oleh pejabat Depdiknas dan Dinas Pendidikan, bahwa Kurikulum 2004 dan 2006 adalah pada aspek Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Sepintas.
           Dalam Kurikulum SD/MI 2004 hanya terdapat satu SK masing-masing jenjang kelas untuk hampir semua mata pelajaran. Namun dalam Kurikulum 2006 terdapat dua SK untuk setiap jenjang kelas untuk seluruh mata pelajaran plus rinciannya pada kelas dan pelajaran tertentu. Masing-masing SK sudah diplot mana yang untuk semester 1 dan 2. Sementara itu, batasan semacam ini tidak ada pada Kurikulum 2004.
           KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 ada yang masih digunakan dengan rumusan yang sama atau mirip dengan rumusan KD dalam Kurikulum 2006. Ada beberapa KD Kurikulum 2004 yang dibuang. Ada beberapa KD yang baru dalam Kurikulum 2006. Sehingga kalau ruang lingkup materi (scope) ini dijadikan ukuran, maka memang tidak terlalu banyak perbedaan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006. Namun KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 tersebut direkonstruksikan kembali, ditata kembali sedemikian rupa sehingga menjadi sangat berbeda dalam urutannya (sequence).
           Walaupun ruang lingkup materi yang sama antara kedua kurikulum tersebut, namun karena urutan penyajian per kelasnya menjadi berbeda, maka kedua kurikulum tersebut berbeda. Sebagai contoh, ada KD pada kelas III SD untuk mata pelajaran IPS yang dipindahkan ke kelas II. Beberapa KD dalam mata pelajaran IPS di SD dipindahkan dari kelas VII ke kelas VIII, atau sebaliknya. KD untuk PKN di SMP dipindahkan ke kelas VIII dan IX dari kelas VII. Sebaliknya ada KD di kelas VIII yang diturunkan ke kelas VII.
           Pemindahan KD sebagai penataan kembali KD dari Kurikulum 2004 ini terjadi pada semua mata pelajaran dan semua jenjang sekolah pada Kurikulum 2006. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas, terlebih jika sekolah berkehendak akan melaksanakan Kurikulum 2006 secara penuh pada tahun pembelajaran 2006/2007 ini.

           Perubahan lain adalah bahwa pembelajaran di kelas I, II dan III SD/MI perlu dilaksanakan secara tematik, sementara untuk kelas IV, V dan VI dengan pembelajaran bidang studi. Khusus untuk IPA dan IPS di SD digunakan pendekatan pembelajaran terpadu.
           Sedangkan IPA dan IPS di SMP yang semula SK dan KD-nya disusun dengan menggunakan pendekatan sub-bidang studi, pada Kurikulum 2006 tidak lagi menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini berdampak pada manajemen kurikulum dan pembelajaran di kelas.
           Sementara itu di SMA/SMK tidak ada perubahan seperti yang ada di SD dan sebagian di SMP. Namun bukan berarti tidak ada perubahan atau penataan KD di kurikulum SMA/SMK. Jumlah SK dalam Kurikulum 2004 yang semula 1 atau beberapa pada setiap mata pelajaran, pada Kurikulum 2006 dikembangkan menjadi beberapa SK . SK-SK ini sebagian besar diambil isi SK dalam Kurikulum 2004.
           Namun kalau dicermati, ternyata SK-SK dalam Kurikulum SMA 2006 ini identik, sangat mirip dengan KD-KD dalam Kurikulum SMA 2004. Demikian pula KD-KD pada Kurikulum 2006 ini sangat identik dengan indikator pencapaian pada Kurikulum 2004. Dengan kata lain, terdapat “peningkatan status KD dan Indikator” pada Kurikulum 2004, sehingga menjadi SK dan KD pada Kurikulum SMA 2006.
    E.     Kelebihan dan Kelemahan KTSP
    Kelebihan KTSP
    a.         Mendorong     terwujudnya    otonomi           sekolah            dalam menyelenggarakan pendidikan.
    Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia yang sentralistik, tidak melihat kepada situasi nyata di lapangan5, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Sekolah dan satuan pendidikan hampir tidak diberi kewenangan untuk menentukan kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik secara aktual.
    Sebagai contoh, bahwa pendidikan yang ada di kota sangatlah berbeda dengan pendidikan di daerah desa, baik dari segi fasilitas maupun lingkungannya. Kemudian pendidikan yang ada di lingkungan pesisir pantai berbeda dengan pendidikan di lingkungan pegunungan atau di daerah dataran tinggi. Kurikulum sebelumnya yang bersifat sentralistik, menjadikan beban pada sekolah terutama guru yang melaksanakan implementasi kurikulum dan peserta didik tidak bisa mengembangkan kemampuan diri dan keunggulan khas yang ada di daerahnya. Dengan kehadiran KTSP yang mendorong otonomi daerah, sekolah dan komite sekolah bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.

    Kelemahan KTSP
    a. Pemerintah / Dinas Pendidikan
    1. KTSP, Kurikulum yang Tidak Sistematis
    Ketidaklogisan KTSP terjadi karena sekolah diberi kebebasan untuk mengelaborasi kurikulum inti yang dibuat pemerintah, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah melalui ujian nasional (UN) justru paling menentukan kelulusan siswa.
    2.KTSP Tidak fungsional
    Kurikulum ini menjadi tidak logis karena tidak proporsionalnya pembagian tugas pengembangan antara pemerintah dan sekolah. Seharusnya pemerintah hanya menetapkan kerangka umum dari tujuan atau kompetensi, isi, strategi, dan evaluasi, sedangkan pengembangannya secara rinci menjadi siap pakai diserahkan sepenuhnya kepada sekolah.
    b. Kepsek yang kurang Mengerti KTSP
    Kepsek masih membuat pola-pola penyeragaman, dalam ystem pembelajaran maupun evaluasi hasil pembelajaran, dinilai tidak memahami tujuan dan tuntutan kurikulum tingkat satuan pengajaran (KTSP) yang baru diberlakukan pemerintah.
    c. Guru yang bermutu berjumlah sedikit
           Bahasan tentang kurikulum bagi guru terbatas
           Agen penyedia tenaga kependidikan kurang memberikan materi kependidikan yang memadai.
            Penataran tentang kurikulum ini yang dilakukan terbatas
           . Pengawasan yang dilakukan terbatas terhadap tindak lanjut yang dilakukan Guru
            Buku-buku yang diberikan kepada murid kebanyakan tidak menunjang keberhasilan kurikulum .
           Guru yang menguasai atau siap dan bisa berkompetisi dalam kurikulum ini cuma sedikit
            Kebanyakan guru-guru hanya merubah nama, format, atau silabi.
    H Solusi dari permasalahan yang dihadapi di dalam menerapkan KTSP
    1. Membuat sejumlah pelatihan dan aktivitas lainnya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat kurikulum sesuai dengan standar isi yang ada.
    2. Menerapkan KTSP secara bertahap.
    3. Mengadakan Workshop KTSP.
    I.Saran dan kritik
    Pada dasarnya, permasalahan implementasi KTSP yang ada di Indonesia perlu diperbaiki, bukan langsung diubah. Untuk itu, kami merumuskan solusi untuk setiap permasalahan yang ada. Berikut dipaparkan solusi-solusinya:
           Untuk permasalahan standarisasi secara nasional dengan diadakannya UN, solusi yang kami ajukan adalah penghapusan UN. Alasannya, ketika satuan pendidikan telah merancang dan melaksanakan KTSP serta menentukan standar-standar kelulusan yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan satuan pendidikan dan potensi daerahnya masing-masing, seharusnya untuk masalah sistem evaluasi yang ditujukan sebagai standar kelulusan dilaksanakan oleh satuan pendidikan itu juga. Jadi UN hanya sebagai tolak ukur pemerataan pendidikan di Indonesia, bukan sebagai standar kelulusan nasional.
           Permasalahan kualitas guru, tentunya ini harus diselesaikan dengan cara peningkatan kualitas guru. Paling tidak, seorang guru harus paham apa itu kurikulum tingkat satuan pendidikan. Ada dua cara yang kami sarankan. Pertama pelatihan-pelatihan untuk para guru, seperti workshop, seminar, PLPG, Portofolio, dan lain sebagainya. Kedua, membekali para calon guru ketika masih dalam tahapan belajar di bangku kuliah. Ada baiknya para calon guru di bangku kuliah dibekali pengetahuan tentang kurikulum dan pengelolaan sekolah sebelum mereka terjun langsung pada dunia pendidikan.
           Problematika terakhir adalah sosialisasi, tetap dilakukan sosialisasi ke seluruh Indonesia. Dengan mengubah konsep sosialisasi yang kebanyakan sudah dijalankan. Kenapa? Karena kebanyakan sosialisasi yang dilakukan terlihat “monoton” dengan hanya memberikan konsep-konsep saja yang mungkin bagi kebanyakan guru membosankan dan dalam waktu 3 hari saja timbul istilah “masuk telinga kiri keluar telinga kanan”. Masukkan cara-cara praktis dan contoh langsung ke lapangan mungkin salah satunya dengan simulasi di dalam kelas. Lalu setelah itu, sosialisasi tidak hanya dilakukan dengan face to face saja tetapi beri juga ruang bagi para pendidik untuk mengeluarkan uneg-unegnya di “dunia maya” dengan mengadakan forum atau apapun itu karena dari saran dan kritik mereka jugalah kita dapat mengetahui apa yang perlu dibenahi dalam kurikulum. Pada dasarnya, ketika menemukan sebuah permasalah dalam hal apapun, sebaiknya diperbaiki, bukan diubah. Demikian seberkas pengajuan saran untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam persoalan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
     

    Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
     

    Perangkat Pembalajaran KTSP
    SILABUS

    Tingkat satuan pendidikan                     :   SMA N ……

    Mata pelajaran                                :   BIOLOGI

    Kelas                                                                                :  XI/I
    Standar kompetensi                                                       :   1. Memahami struktur dan fungsi sel sabagai unit terkecil kehidupan



    Kompetensi Dasar

     

    Kompetensi Sebagai Hasil Belajar

    Materi Pembelajaran
    Kegiatan Pembelajaran

    Indikator

    Penilaian

    Alokasi Waktu

    Sumber Belajar

    1.1     Mendeskripsikan komponen kimiawi sel, struktur, dan fungsi sel sebagai unit terkecil kehidupan













    1.2     Mengidentifikasi organela sel tumbuhan dan hewan






    ·      Membuat peta konsep sel
    ·      Menggambar bentuk sel
    ·       Menentukan nama  bagian-bagian sel
    ·    Membedakan Sel prokariotik dan sel eukariotik
    ·      Membedakan struktur sel hewan dan sel tumbuhan




    ·      Memberi nama organel-organel sel pada gambar skematis sel


    ·      Menentukan fungsi organel-organel sel



    ·    Struktur sel dan fungsi sel meliputi:
    1.  Membran sel
    2.  Sitoplasma
    3.  Inti sel
    ·    Sel prokariotik dan sel eukariotik
    ·    Sel hewan dan sel tumbuhan




















    ·          Organel-organel sel danfungsinya








    ·    Mengetahui fungsi membran sel,sitoplasma,inti sel
    ·    Menjelaskan bagian-bagian sel
    ·    Membandingkan sel prokariotik dan sel eukariotik
    ·    Membandingkan struktur sel hewan dan sel tumbuhan







    ·    Menentukan nama-organel-organel selnya dan menjelaskan fungsi masing-masing organel sel








    ·   Menjelaskan struktur dan fungsi membran sel, sitoplasma, dan inti sel
    ·   Mendeskripsikan perbedaan struktur sel prokariotik dan eukariotik
    ·   Membandingkan struktur sel hewan dan sel tumbuhan
    ·    






    ·   Menyebutkan  nama-nama organel sel pada gambar sel
    ·   Menjelaskan  fungsi organel-organel sel





    ·      Jenis tagihan:
    1. Uji kompetensi  tertulis
    ·      Instrumen penilaian:
    1.  Soal uji kompetensi tertulis









    ·    Jenis tagihan:
    1.  Poster tentang sel
    2.  Uji Kompetensi tertulis

    ·    Instrumen penilaian:
    1.  Lembar penilaian poster
    2.  Soal uji kompetensi  tertulis

    4 X 45 menit
















    4 x 45 menit











































    Mengetahui                                                                                                                                      

    KepalaSekolahSMA                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Guru Mata Pelajaran biologi


    NIP. 19550423 198903 1 001                                                                         NIP. 19671118 199802 1 003









    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Nama Sekolah                : SMA Negeri
    Mata Pelajaran               : Biologi
    Kelas / Semester           : XII IPA / 2
    Tahun Pelajaran             : 2012/2013


    A.      Standar Kompetensi             : 4. Memahami teori evolusi serta implikasinya padasalingtemas
    B.      Kompetensi Dasar                  : 4.1 Menjelaskan teori, prinsip, dan mekanisme evolusi biologi
    C.      Tujuan                                         :  Siswa memahami teori, prinsip, dan kemanisme evolusi

      Nilai yang ditanamkan:
    Jujur, Kerja keras, Toleransi, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Menghargai prestasi, Tanggung Jawab, Peduli lingkungan);
    Karakter siswa yang diharapkan  : 
    Jujur, Kerja keras, Toleransi, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Menghargai prestasi, Tanggung Jawab, Peduli lingkungan.

    D.      Indikator Pencapaian Kompetensi
    ·        Mendeskripsikan berbagai pemikiran tentang asal usul kehidupan
    ·        Mendeskripsikan teori evolusi menurut Darwin

    E.       Alokasi Waktu          :               2 × 45 Menit

    F.       Materi Ajar
    ·        Hipotesis asal usul kehidupan
    ·        Teori evolusi Darwin
    G.     Metode Pembelajaran
    ·         Diskusi
    ·         Strategi Pembelajaran
    Tatap Muka
    Terstruktur
    Mandiri
    ·     Menemukan adanya gejala keanekaragaman
    ·     Menyusun hipotesis asal terbentuknya keanekaragaman hayati
    ·     Menggambar skema teori evolusi Darwin
    ·     Menghubungkan penemuan hukum hereditas, substansi genetika dan mutasi dengan teori evolusi Darwin
    ·     Membaca buku untuk menyusun peta konsep
    ·     Diskusi teori keanekaragaman makhluk hidup
    ·     Diskusi pertentangan teori Abiogenesis dan Biogenesis
    ·     Diskusi memahami teori evolusi
    ·     Siswa dapat  Mendeskripsikan berbagai pemikiran tentang asal-usul kehidupan
    ·     Siswa dapat  Mendeskrisikan teori evolusi menurut Darwin

    H.      Langkah-langkah Pembelajaran
    Pertemuan 27 (2 × 45 menit)
    1.       Kegiatan awal (10 menit)
    ·           Guru menunjukkan adanya keanekaragaman yang ada di alam sekitar dan menanyakan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
    ·           Siswa mencoba mengidentifikasi asal-usul keanekaragaman makhluk hidup.

    2.       Kegiatan inti (70 menit)
    Ø Eksplorasi
    Dalam kegiatan eksplorasi :
    ·         Siswa bersama guru mendiskusikan pandangan abiogenesis sebagai asal-usul kehidupan.
    Ø Elaborasi
    Dalam kegiatan elaborasi,
    ·         Siswa bersama guru mendiskusikan pandangan biogensis yang menyanggah pandangan biogenesis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan.
    ·         Guru menjelaskan bahwa teori biogenesis benar, tetapi belum dapat menjelaskan mekanisme terbentuknya asal usul kehidupan dan mekansime terbentuknya keanekaragaman.
    ·         Siswa bersama guru mendiskusikan beberapa pandangan evolusi Pra-Darwin.
    ·         Siswa mendiskusikan mekanisme  evolusi menurut Darwin.
    Ø Konfirmasi
    Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
    ·         Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui
    ·         Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
    3.       Kegiatan akhir (10 menit)
    ·         Siswa menyimpulkan perkembangan pandangan tentang asal-usul kehidupan.
    ·         Siswa menyimpulkan mekanisme evolusi menurut Darwin.

    I.        Alat/ Bahan/ Sumber
    ·           Buku kerja Biologi
    ·           Buku Biologi SMA kelas XII, Erlangga

    J.        Penilaian
              · Uji kompetensi tertulis


    Mengetahui,
    Kepala sekolah




    NIP.

    Tuntang, 3 Januari 2013
    Guru mapel Biologi




    NIP.





  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar