Nah sesuai dengan judul diatas, mimin merasa tertarik juga untuk membahas misteri pohon memakan manusia nih. Ga sengaja mimin searching-searching di Google pas ketemunya artikel beginian. Kalo benaran ada bagaimana menurut kalian gais ? pohon pemakan manusia lho... Auto ga mau deket-dekat dengan pohon kali ya... hehehe... Merinding banget ga gais... Mungkin di balik pohon ada sesuatu gitu...apa lagi kalau pas jam 12 malam... hahaha...
Udah-udah ... dari pada bahas yang gaje... So atuh langsung saja mimin bahas ya... Cekidooot...
===========================================================================
Menurut wikipedia, Kriptobotani adalah ilmu tentang berbagai macam tumbuhan eksotis yang keberadaannya tidak diakui komunitas ilmiah, namun ada dalam mitos, sastra, atau laporan yang belum terbukti. Meski banyak tumbuhan yang belum ditemukan atau belum diklasifikasikan, biasanya kriptobotani fokus terhadap tumbuhan fantastis yang diyakini berbahaya atau ada interaksi terapeutik dengan manusia. Sumber data bisa saja bersifat sekunder atau tak cukup; laporan bisa saja masuk akal atau aneh.
Pohon pemakan manusia sering muncul dalam kisah fiksi populer sebagai tanaman dari belantara Afrika. Mungkin terinspirasi oleh tanaman yang mampu menjebak dan memangsa hewan-hewan kecil, misalnya Nepenthes rajah.
Legenda tentang tumbuhan ganas ini misalnya ditulis oleh Karl Shuker, kriptozoolog asal Inggris dalam buku The Beasts That Hide From Man (2003). Disebutkan bahwa kawasan Amerika Latin diduga menjadi keberadaan tanaman raksasa tersebut.
Nepenthes rajah / plantssiam.com
1. Pohon Madagascar
Desas-desus adanya pohon pemakan manusia awal mulanya berasal dari
artikel yang ditulis oleh Edmund Spencer untuk koran harian New York
World. Artikel Spencer ini pertama kali muncul dalam edisi harian New
York World pada tanggal 26 April 1874, dan muncul lagi dalam koran edisi
mingguan pada dua hari kemudian.
Dalam artikel itu, dicantumkan sebuah surat yang diterbitkan oleh penjelajah asal Jerman “Karl Liche” (juga dieja sebagai Carl Liche
di cerita-cerita di kemudian waktu), yang memberikan laporan bahwa ia
pernah menghadapi sebuah ritual pengorbanan yang dilakukan oleh “suku
Mkodo” di Madagaskar. Liche menjelaskan secara rinci tentang kisah
seorang perempuan desa suku Mkodo yang ditumbalkan untuk dimakan sebuah pohon raksasa. Cerita Liche ini lalu diangkat oleh banyak surat kabar lain di hari
itu, termasuk koran South Australian Register pada tanggal 27 Oktober
1874, di mana cerita ini menjadi lebih terkenal lagi.
Menggambarkan pohon pemakan manusia ini, Liche bercerita:
“Batang pohonnya halus dan ramping, dengan kemarahan seperti ular yang sedang kelaparan, bergetar sesaat diatas kepalanya, kemudian seolah-olah dengan naluri iblis pohon itu melilit perempuan itu dan menggulungnya serta tiba-tiba berputar-putar dileher dan dilengannya, kemudian disertai dengan jeritan mengerikan dan naik secara liar langsung mencekik dan menurunkannya dalam erangan menggelegak, sulur demi sulurnya, seperti ular hijau besar, dengan kekuatan dan kecepatan brutal, naik, dan membungkusnya dan menekannya berlipat-lipat, semakin ketatnya dengan kecepatan dan keuletan seperti anaconda yang menaklukkan mangsanya.”
Menggambarkan pohon pemakan manusia ini, Liche bercerita:
“Batang pohonnya halus dan ramping, dengan kemarahan seperti ular yang sedang kelaparan, bergetar sesaat diatas kepalanya, kemudian seolah-olah dengan naluri iblis pohon itu melilit perempuan itu dan menggulungnya serta tiba-tiba berputar-putar dileher dan dilengannya, kemudian disertai dengan jeritan mengerikan dan naik secara liar langsung mencekik dan menurunkannya dalam erangan menggelegak, sulur demi sulurnya, seperti ular hijau besar, dengan kekuatan dan kecepatan brutal, naik, dan membungkusnya dan menekannya berlipat-lipat, semakin ketatnya dengan kecepatan dan keuletan seperti anaconda yang menaklukkan mangsanya.”
Gambar Ilustrasi oleh Garth Haslam
"Seperti ular hijau besar, dengan energi
brutal dan kecepatan neraka, naik, retraksi sendiri, dan membungkus
mangsanya begitu ketatnya. Sangat kejam seperti kecepatan anaconda yang
membelit mangsanya." Informasi mengenai pohon tersebut kemudian
dipublikasikan tahun 1924 sebagai Negeri Pohon Pemakan Manusia oleh
mantan Gubernur Michigan Chase Osborn, Madagaskar. Osborn pun mengklaim
bahwa kedua suku dan misionaris di Madagaskar tahu tentang pohon
mengerikan ini.
Pohon itu sendiri digambarkan memiliki tinggi 8 kaki, dan juga
memiliki penampilan seperti pohon nenas, dengan banyak sulur panjang,
seperti daun yang menjuntai dari atas ke tanah. Batang pohon yang
atasnya semacam wadah yang berisi cairan kental yang dikatakan memiliki
khasiat obat penenang atau pembius mangsa dan diyakini sangat adiktif.
Wadah tersebut cukup panjang, sulurnya berbulu dengan enam batang
menyerupai tentakel putih. Pohon ini memiliki buah putih, daun yang
transparan seperti mulut serangga.
Dokumen grafis tersebut telah mengilhami beberapa orang untuk melakukan ekspedisi ke Madagaskar demi mencari pohon mengerikan itu. Salah satunya ekspedisi yang dilakukan oleh Chase Salmon Osborne, Gubernur Michigan 1911-1913, yang pergi ke hutan-hutan Madagaskar untuk mencari pohon pemakan manusia. Meskipun ia tidak berhasil dalam usahanya untuk menemukan pohon itu, namun ia menemukan dua orang pribumi dan misionaris Barat yang mengaku telah melihat pohon itu dan mengatakan pohon itu benar adanya. Keberadaan pohon itu menjadi lebih terkenal lagi saat kemudian Chase Osborne menerbitkan bukunya, Madagascar, Land of the Man-eating Tree.
Ekspedisi lain dilakukan pada tahun 1998, kali ini oleh seorang penjelajah dari ceko bernama Ivan Mackerle. Ekspedisi ini juga gagal dalam menemukan pohon itu, tapi selama perjalanannya Mackerle belajar dari pohon karnivora lainnya di pulau itu yang disebut sebagai Kumanga Si Pohon Pembunuh. Penduduk pribumi mengklaim bahwa pohon ini ditemukan hanya pada satu bagian dari pulau dan dikatakan memiliki bunga yang memancarkan gas sangat beracun. Penduduk asli mengaku tahu di mana pohon seperti itu dan memandu Mackerle ke lokasi tanaman tersebut.
Selama perjalanan, para anggota ekspedisi yang khawatir akan gas beracun dari tanaman itu memaksa mereka untuk benar-benar mengenakan masker gas. Tapi ketika mereka tiba dilokasi yang diduga sebagai pohon Kumanga, mereka tidak menemukan gas beracun yang dimuntahkan lewat bunganya, tetapi menemukan beberapa kerangka hewan di bawah pohon itu. Tidak ada bunga yang mekar, penduduk asli menjelaskan, bahwa ini adalah musim dimana bunga pohon itu tidak dalam keadaan mekar.
Mackerle juga menemukan sebuah kisah tentang seorang mantan perwira tentara Inggris yang diduga mengambil foto-foto dipulau itu dimana sebuah pohon yang dipenuhi kerangka binatang berserakan dibawahnya. Apakah pohon ini adalah salah satu dari pohon karnivora tersebut, atau sesuatu yang baru. Hal ini diketahui dari bukti foto yang ada, dan sepertinya mereka memang pernah ada.(bams-22)
2. Ya-Te-Veo
Dokumen grafis tersebut telah mengilhami beberapa orang untuk melakukan ekspedisi ke Madagaskar demi mencari pohon mengerikan itu. Salah satunya ekspedisi yang dilakukan oleh Chase Salmon Osborne, Gubernur Michigan 1911-1913, yang pergi ke hutan-hutan Madagaskar untuk mencari pohon pemakan manusia. Meskipun ia tidak berhasil dalam usahanya untuk menemukan pohon itu, namun ia menemukan dua orang pribumi dan misionaris Barat yang mengaku telah melihat pohon itu dan mengatakan pohon itu benar adanya. Keberadaan pohon itu menjadi lebih terkenal lagi saat kemudian Chase Osborne menerbitkan bukunya, Madagascar, Land of the Man-eating Tree.
Ekspedisi lain dilakukan pada tahun 1998, kali ini oleh seorang penjelajah dari ceko bernama Ivan Mackerle. Ekspedisi ini juga gagal dalam menemukan pohon itu, tapi selama perjalanannya Mackerle belajar dari pohon karnivora lainnya di pulau itu yang disebut sebagai Kumanga Si Pohon Pembunuh. Penduduk pribumi mengklaim bahwa pohon ini ditemukan hanya pada satu bagian dari pulau dan dikatakan memiliki bunga yang memancarkan gas sangat beracun. Penduduk asli mengaku tahu di mana pohon seperti itu dan memandu Mackerle ke lokasi tanaman tersebut.
Selama perjalanan, para anggota ekspedisi yang khawatir akan gas beracun dari tanaman itu memaksa mereka untuk benar-benar mengenakan masker gas. Tapi ketika mereka tiba dilokasi yang diduga sebagai pohon Kumanga, mereka tidak menemukan gas beracun yang dimuntahkan lewat bunganya, tetapi menemukan beberapa kerangka hewan di bawah pohon itu. Tidak ada bunga yang mekar, penduduk asli menjelaskan, bahwa ini adalah musim dimana bunga pohon itu tidak dalam keadaan mekar.
Mackerle juga menemukan sebuah kisah tentang seorang mantan perwira tentara Inggris yang diduga mengambil foto-foto dipulau itu dimana sebuah pohon yang dipenuhi kerangka binatang berserakan dibawahnya. Apakah pohon ini adalah salah satu dari pohon karnivora tersebut, atau sesuatu yang baru. Hal ini diketahui dari bukti foto yang ada, dan sepertinya mereka memang pernah ada.(bams-22)
2. Ya-Te-Veo
Belum jelas sampai sekarang apakah Ya-Te-Veo dan Pohon Madagascar benar-benar nyata ataukah hanya rekayasa belaka. Jadi, misteri tentang Pohon Pemakan Manusia ini belum terpecahkan dan butuh penelitian lebih lanjut. Mungkin ada yang mau mencoba memecahkanya?
Sumber :
http://kumikotoys.blogspot.com/2013/07/kriptobotani-dan-misteri-pohon-pemakan.html
https://bamssatria22.wordpress.com/2016/02/09/pohon-madagaskar-pohon-mengerikan-pemangsa-manusia/