Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak
Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang kecil yang berusaha untuk menjadikan tempat belajarnya seorang anak untuk dibimbing, diarahkan dan mengembangkan pengetahuan nilai dan keterampilan bagi putra-putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup dimasa datang.
Didalam keluarga peran masing-masing orangtua harus juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan seperti mengamanatkan ke sekolah ataupun di madrasah. Karena seorang anak bukan hanya sebagai pribadi individu namun mereka juga harus terbiasa dan membiasakan diri dengan lingkungan sekitarnya berbaur dengan teman-teman sebayanya. Hal ini juga bertujuan untuk memantau setiap perkembangan pendidikan anak dan tidak melepaskan tanggungjawab.
Pada posisi ini pun, fungsi dari sekolah atau madrasah hanya untuk membantu kelanjutan pendidikan yang telah dimulai dari keluarga. Walaupun begitu,tanggung jawab pendidikan anak pada akhirnya akan kembali pada orangtua juga.
Sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, bagi anak orangtua adalah suatu model yang ditiru dan diteladani. Orangtua seharusnya dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Sikap serta perilaku orangtua yang baik dapat ditiru oleh anak. Menurut
Sudarsono (2004:125) dalam (Mawarni,2017:2)
keluarga bahagia dan
utuh merupakan idaman bagi
setiap pasangan, tetapi
pada kenyataanya apa
yang diharapkan itu tidak selalu sesuai dengan
apa yang terjadi. Jika
dari masing-masing anggota keluarga tidak
berusaha untuk menciptakan
suasana yang mengarah
kepada kebahagiaan, maka keharmonisan keluarga juga akan lebih sulit
untuk tercapai. Di dalam keluarga terjadi
proses bagaimana untuk
mencintai, menyayangi, menghargai,
menghormati, dan saling berbagi antar sesama anggota keluarga.1
Dalam mengasuh
anaknya, orang tua
cenderung menggunakan pola asuh
tertentu.Penggunaan pola asuh
tertentu ini memberikan sumbangan dalam
mewarnai perkembangan terhadap
bentuk-bentuk perilaku moral tertentu
pada anaknya. Pola
asuh orang tua
merupakan interaksi antara anak
dan orang tua selama
mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan
ini berarti orang
tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Menurut
Desmita(2013:109) dalam Rohayanti
(2017:15) yang mengemukakan bahwa
pola asuh orang tua adalah
suatu cara terbaik
yang dapat ditempuh
orang tua dalam mendidik anak
sebagai perwujudan dari
rasa tanggung jawab kepada
anak. Peran keluarga menjadi
penting untuk mendidik
anak baik dalam sudut
tinjauanagama,tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu.
Jika pendidikankeluarga dapat
berlangsung dengan baik maka
mampu menumbuhkanperkembangan kepribadian
anak menjadi manusia dewasa
yang memiliki sikappositif
terhadap agama, kepribadian yang
kuat dan mandiri,
potensi jasmani danrohani
serta intelektual yang berkembang secara optimal.2
Agoes
Dariyo (2004:97) dalam penelitian yang dilakukan oleh Yana (2017:7) terdapat
empat bentuk pola asuh orang tua dalam
mendidik dan memberikan
metode disiplin kepada anak yaitu:
1.Pengasuhan
Otoriter (Parent Oriented)
Ciri-Ciri
dari pola asuh
otoriter ini, menekankan
segala aturan orang tua harus di taati oleh anak. Orang tua
bertindak semena-mena, tanpa dapat di kontrol
oleh anak. Anak
harus menurut dan
tidak boleh membantah
terhadap apayang di perintahkan
oleh orang tua. Dalam hal
ini, anak seolah-olah menjadi “robot”,
sehingga ia kurang
inisiatif,merasa takut,tidak percaya
diri, pencemas rendah diri,
minder dalam pergaulantetapi disisi
lainanak bisa mwmberontak, nakal,
atau melarikan diri
dari kenyataan, misalnya
dengan menggunakan narkoba. Dari
segi positifnya, anak
yang dididik dalam
pola asuh ini, cenderung
akan menjadi disiplin
yakni mentaati peraturan.
Akan tetapi bisa jadi
ia hanya mau
menunjukkan kedisiplinan di
hadapan orang tua anak
bersikap dan bertindak
alain. Hal itu tujuannya
seata mata hanya
untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
2.Pengasuhan
Permisif
Sifat pola
asuh ini yakni
segala aturan dan
ketetapan keluarga di tangan
anak. Apa yang
dilakukan anak diperbolehkan
oleh orang tua.
Orang tua menuruti segala
kemauan anak. Anak
cenderung bertindak semena
mena. Tanpa pengawasan orang tua.
3.Pengasuhan
Demokratis
Kedudukan orang
tua dan anak
sejajar. Suatu keputasan
diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah
pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab artinya
apa yang dilakukan oleh anak tetap harus
dibawah pengawasan orang
tua dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat
berbuat semena-mena.
4.Pengasuhan
Situasional
Dalam
kenyataanya, sering kali pola asuh tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan
oramg tua menerapkan secara fleksibel,
luwes dan di sesuaikan dengan
situasi dan kondisi
yang berlangsung saat
itu. Sehingga sering
kali muncullah tipe pola asuh situasional.3
Setiap orang tua memiliki
perbedaan dalam mendidik anaknya
dan memiliki perbedaan dalam
memberikan pola asuh
terhadap anaknya. pada fenomena yang
terjadi sekarang para
orang tua banyak
memilih pola asuh
yang salah terhadap anaknya
sehingga menimbulkan kepribadian
anak yang kurang baik misalnya orang tua yang
menekankan segala aturan yang harus di taati oleh anak, orang
tua bertindak semena-mena, anak
harus menurut tidak
boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua sehingga
anak akan menjadi tidak percaya diri,rendah diri, minder dalam pergaulan, nakal dan sebagainya, tingkah laku anak yang
seperti ini di sebabkan oleh pola asuh orang tua yang otoriter. Anak dengan
pola asuh otoriter
biasanya mempunyai hubungan
sosial yang cenderung kurang
baik seperti merasa
bebas dari kekangan
orang tua dan anak pun menjadi egois dalam
bersosialisasi. Dari fenomena-fenomena yang ada sering didapati
anak dengan pola
asuh orang tua otoriter di
luar lingkungan keluarga mereka
sulit beradaptasi dan akhirnya salah pergaulan 4.
Terdapat akibat yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter terhadap anak dengan dampak negatif yaitu:
1. Anak pasif dan kurang berinisiatif
2. Anak tertekan dan merasa ketakutan, kurang pendirian dan mudah dipengaruhi.
3. Anak ragu-ragu, bahkan tidak berani mengambil keputusan dalam hal apapun, karena dia terbiasa mengambil keputusan sendiri.
4. Diluar lingkungan rumah, anak menjadi agresif. karena anak merasa bebas dari kekangan orangtua.
5. Pelaksanaan perintah dari orangtua oleh anaknya, atas dasar takut pada hukuman.
6. Anak suka menyendiri dan mengalami kemunduran kematangan
Referensi:1. https://repository.unja.ac.id/1779/2/ERA1D012061-BABI.pdf
2. https://repository.unja.ac.id/1728/1/ERA1D012008-ARTIKEL.pdf
3. https://repository.unja.ac.id/1729/1/ERA1D012080-ARTIKEL.pdf
4. http://repository.fkip.unja.ac.id/file?i=uyDl8Tc1tMzc8GYkKMoDiaeDFqqaGC3wXO3_Ox6qyz4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar