-->
  • 4 Bentuk Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak Yang Harus Diketahui

     Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak

    Keluarga merupakan suatu sistem sosial yang kecil yang berusaha untuk menjadikan tempat belajarnya seorang anak untuk dibimbing, diarahkan dan mengembangkan pengetahuan nilai dan keterampilan bagi putra-putri mereka sehingga mampu menghadapi tantangan hidup dimasa datang.
    Didalam keluarga peran masing-masing orangtua harus juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan seperti mengamanatkan ke sekolah ataupun di madrasah. Karena seorang anak bukan hanya sebagai pribadi individu namun mereka juga harus terbiasa dan membiasakan diri dengan lingkungan sekitarnya berbaur dengan teman-teman sebayanya. Hal ini juga bertujuan untuk memantau setiap perkembangan pendidikan anak dan tidak melepaskan tanggungjawab.
    Pada posisi ini pun, fungsi dari sekolah atau madrasah hanya untuk membantu kelanjutan pendidikan yang telah dimulai dari keluarga. Walaupun begitu,tanggung jawab pendidikan anak pada akhirnya akan kembali pada orangtua juga.

    Sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, bagi anak orangtua adalah suatu model yang ditiru dan diteladani. Orangtua seharusnya dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi anaknya. Sikap serta perilaku orangtua yang baik dapat ditiru oleh anak. Menurut  Sudarsono  (2004:125) dalam (Mawarni,2017:2) keluarga  bahagia  dan  utuh  merupakan idaman  bagi  setiap  pasangan,  tetapi  pada  kenyataanya  apa  yang  diharapkan  itu tidak selalu sesuai  dengan  apa  yang  terjadi. Jika  dari  masing-masing  anggota keluarga  tidak  berusaha  untuk  menciptakan  suasana   yang  mengarah  kepada kebahagiaan, maka keharmonisan keluarga juga akan lebih sulit untuk tercapai. Di dalam    keluarga    terjadi    proses    bagaimana    untuk    mencintai,    menyayangi, menghargai, menghormati, dan saling berbagi antar sesama anggota keluarga.

    Dalam  mengasuh  anaknya,  orang  tua  cenderung  menggunakan pola  asuh   tertentu.Penggunaan   pola   asuh   tertentu   ini   memberikan sumbangan  dalam  mewarnai  perkembangan  terhadap  bentuk-bentuk perilaku  moral  tertentu  pada  anaknya.  Pola  asuh  orang  tua  merupakan interaksi   antara   anak   dan   orang   tua  selama   mengadakan   kegiatan pengasuhan.  Pengasuhan  ini  berarti  orang  tua  mendidik,  membimbing, dan  mendisiplinkan  serta  melindungi  anak untuk  mencapai  kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
    Menurut Desmita(2013:109) dalam Rohayanti (2017:15) yang  mengemukakan  bahwa  pola asuh orang  tua  adalah  suatu  cara  terbaik  yang  dapat  ditempuh  orang  tua dalam mendidik   anak   sebagai   perwujudan   dari   rasa   tanggung   jawab kepada  anak.  Peran keluarga  menjadi  penting  untuk  mendidik  anak  baik dalam  sudut  tinjauanagama,tinjauan  sosial  kemasyarakatan   maupun tinjauan  individu.  Jika  pendidikankeluarga  dapat  berlangsung  dengan baik   maka   mampu   menumbuhkanperkembangan   kepribadian   anak menjadi  manusia  dewasa  yang  memiliki  sikappositif  terhadap  agama, kepribadian  yang  kuat  dan  mandiri,  potensi  jasmani  danrohani  serta intelektual yang berkembang secara optimal.2
    Agoes Dariyo (2004:97) dalam penelitian yang dilakukan oleh Yana (2017:7) terdapat empat bentuk pola asuh orang tua dalam  mendidik dan  memberikan metode disiplin kepada anak yaitu:
    1.Pengasuhan Otoriter (Parent Oriented) 
    Ciri-Ciri  dari  pola  asuh  otoriter  ini,  menekankan  segala  aturan  orang tua harus di taati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat di kontrol  oleh  anak.  Anak  harus  menurut  dan  tidak  boleh  membantah  terhadap apayang  di  perintahkan  oleh  orang  tua.  Dalam  hal  ini,  anak  seolah-olah menjadi  “robot”,  sehingga  ia  kurang  inisiatif,merasa  takut,tidak  percaya  diri, pencemas  rendah  diri,  minder  dalam  pergaulantetapi  disisi  lainanak  bisa mwmberontak,  nakal,  atau  melarikan  diri  dari  kenyataan,  misalnya  dengan menggunakan  narkoba.  Dari  segi  positifnya,  anak  yang  dididik  dalam  pola asuh  ini,  cenderung  akan  menjadi  disiplin  yakni  mentaati  peraturan.  Akan tetapi  bisa  jadi  ia  hanya  mau  menunjukkan kedisiplinan di  hadapan orang tua anak  bersikap  dan  bertindak  alain.  Hal  itu tujuannya  seata  mata  hanya  untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung  memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
    2.Pengasuhan Permisif
    Sifat  pola  asuh  ini  yakni  segala  aturan  dan  ketetapan  keluarga  di tangan  anak.  Apa  yang  dilakukan  anak  diperbolehkan  oleh  orang  tua.  Orang tua  menuruti  segala  kemauan  anak.  Anak  cenderung  bertindak  semena  mena. Tanpa pengawasan orang tua.
    3.Pengasuhan Demokratis
    Kedudukan  orang  tua  dan  anak   sejajar.  Suatu  keputasan  diambil bersama   dengan   mempertimbangkan   kedua belah   pihak.   Anak   diberi kebebasan yang bertanggung jawab artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus   dibawah   pengawasan   orang   tua   dan   dapat   dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena.
    4.Pengasuhan Situasional
    Dalam kenyataanya, sering kali pola asuh tidak diterapkan secara kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada kemungkinan oramg tua  menerapkan secara  fleksibel,  luwes dan di sesuaikan dengan  situasi  dan  kondisi  yang  berlangsung  saat  itu.  Sehingga  sering  kali muncullah tipe pola asuh situasional.

    Setiap  orang  tua  memiliki  perbedaan  dalam mendidik  anaknya  dan memiliki   perbedaan   dalam   memberikan   pola   asuh   terhadap   anaknya. pada fenomena  yang  terjadi  sekarang  para  orang  tua  banyak  memilih  pola  asuh  yang salah  terhadap  anaknya  sehingga  menimbulkan  kepribadian  anak  yang  kurang baik misalnya orang tua yang menekankan segala aturan yang harus di taati oleh anak,   orang   tua   bertindak   semena-mena,   anak   harus   menurut   tidak   boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua sehingga anak  akan menjadi tidak percaya diri,rendah diri, minder dalam pergaulan, nakal dan sebagainya, tingkah laku anak yang seperti ini di sebabkan oleh pola asuh orang tua yang otoriter. Anak  dengan  pola  asuh  otoriter  biasanya  mempunyai  hubungan  sosial yang  cenderung  kurang  baik  seperti  merasa  bebas  dari  kekangan  orang  tua  dan anak pun menjadi egois dalam bersosialisasi. Dari fenomena-fenomena yang ada sering  didapati  anak  dengan  pola  asuh  orang  tua  otoriter  di  luar  lingkungan keluarga mereka sulit beradaptasi dan akhirnya salah pergaulan 4.   

    Terdapat akibat yang ditimbulkan dari pola asuh otoriter terhadap anak dengan dampak negatif yaitu:
    1. Anak pasif dan kurang berinisiatif
    2. Anak tertekan dan merasa ketakutan, kurang pendirian dan mudah dipengaruhi.
    3. Anak ragu-ragu, bahkan tidak berani mengambil keputusan dalam hal apapun, karena dia terbiasa mengambil keputusan sendiri.
    4. Diluar lingkungan rumah, anak menjadi agresif. karena anak merasa bebas dari kekangan orangtua.
    5. Pelaksanaan perintah dari orangtua oleh anaknya, atas dasar takut pada hukuman.
    6. Anak suka menyendiri dan mengalami kemunduran kematangan
    Referensi:

    1. https://repository.unja.ac.id/1779/2/ERA1D012061-BABI.pdf
    2. https://repository.unja.ac.id/1728/1/ERA1D012008-ARTIKEL.pdf
    3. https://repository.unja.ac.id/1729/1/ERA1D012080-ARTIKEL.pdf
    4. http://repository.fkip.unja.ac.id/file?i=uyDl8Tc1tMzc8GYkKMoDiaeDFqqaGC3wXO3_Ox6qyz4 




  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar