MAKALAH
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
“KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN”
Dosen Pengampu :
Mia Aina, S.Pd., M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirobbil’alamiin,
tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah
SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pengelolaan pendidikan mengenai kepemimpinan pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak
lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai
pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih, semoga Allah SWT memberikan balasan atas
kebaikan dengan limpahan rahmat-Nya.
Namun
tidak lepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada
beberapa
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................
2
C. Tujuan..........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pewarisan Sifat........……………....….......….…….... 3
B. Teori Pewarisan Sifat………….……......................................… 4
C. Prinsip
Hereditas Dalam Mekanisme Pewarisan Sifat ….............
4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
27
B. Saran............................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan
merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi,
tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi
manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok
berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja,
namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi
tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat
ketat dan tajam.
Sebuah sekolah
adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi. Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun
unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok
melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang
dimaksud, tidak lain adalah
sumber daya manusia yang terdiri
dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta
didik atau siswa, dan orang tua
siswa.
Untuk membantu
para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan
adanya satu esensi pemikiran yang teoritis, seperti kepala sekolah harus bisa
memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama
antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan
sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan kali ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan
pendidikan?
2. Apa itu
kekuatan dan pengaruh?
3. Bagaimana cara pengelolaan
manusia?
4.
Bagaimana pengelolaan (manajemen) sumber daya manusia?
5. Apa saja jenis
kepengikutan dalam psikologi manajemen administrasi?
6. Bagaimana
kepemimpinan dalam kelompok dan tim kerja?
7. Apa fungsi pemimpin
pendidikan?
8. Apa tipe-tipe
kepemimpinan pendidikan?
9. Apa saja syarat-syarat
pemimpin pendidikan?
10. Apa saja
keterampilan yang harus dimiliki pemimpin?
11. Bagaimana
pendekatan tentang teori munculnya pemimpin?
12. Bagaimana
pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
pendidikan
2. untuk mengetahui tentang kekuatan
dan pengaruh
3. untuk mengetahui cara pengelolaan
manusia
4.
untuk mengetahui pengelolaan (manajemen) sumber daya manusia
5.
untuk mengetahui jenis kepengikutan dalam psikologi manajemen administrasi
6.
untuk mengetahui kepemimpinan dalam kelompok dan tim kerja
7. untuk
mengetahui fungsi pemimpin pendidikan
8.
untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
9.
untuk mengetahui syarat-syarat pemimpin pendidikan
10.
untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
11.
untuk mengetahui pendekatan tentang teori munculnya pemimpin
12.
untuk mengetahui pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kepemimpinan
pendidikan
Secara
umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut: kepemimpinanan
berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
memengaruhi, mendorong, mengajak, menunutn menggerakkan dan kalau perlu memaksa
orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut danselanjutnyaberbuat
sesuatu yang dapat membantutercapainya suatu tujuan tertentu yang telah di
tetapkan.
Menurut Ralp M. Stogdill dalam Ismaya
(2015:164) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok
yang di organisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan
merupakan motor atau daya penggerak dan semua sumber dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi berarti penggunaan kekuasaan dari pembuatan
keputusan-keputusan. Kepemimpinan pendidikan merupakan bentuknkemampuan
penggerak pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah di
tetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
1.
Definisi
kepemimpinan
Ada
banyak definisi mengenai kepemimpinan, beberapa di antaranya :
a.
Kepemimpinan
adalah keseluruhan aktivitas untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang dalam
usaha bersama untuk mencapai tujuan (George
Terry).
b.
Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi
dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan
kelompok. (Stogdill).
c.
Kepemimpinan
adalah suatu tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang
seorang maupun kelompok maju kea rah tujuan-tujuan tertentu.
d.
Menurut
sumber dari seorang ahli yang
mendefinisikan kepemimpinan seperti : George R. Terry (1977, 410-411) , yang
mengatakan bahwa : “Leadership is the
relationship in which one person or the
leader, influence other to work together wilfingly on related task to attain that which the leader desires”.
e. Andrew Sikula (1992:117) yang mengatakan bahwa “Leadership in an administration procces that
involves directing the affairs and action of others”
Kepemimpinan
adalah kepemampuan seni mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing
beberapa orang untuk mengoordinasikan dan mengarahkan dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk
dapat menggerakkan beberapa orang pelaksana, seorang pemimpin harus memiliki
kelebihan dibandingkan orang yang dipimpinnya misalnya kelebihan dalam menggunakan
pikirannya, rohaniah, dan badaniah agar dapat menggunakan kelebihnnya tersebut.
Tugas adalah kewajiban untuk melaksanakan
dan wewenang adalah hak untuk
bertindak. Wewenang seorang pemimpin adalah hak untuk menggerkkan orang
atau bawahannya supaya suka mengikutiknya atau menjalankan tugas yang di
perintahkan kepadanya.
2.
Gaya
kepemimpinan efektif
Gaya
kepemimpinan sejatinya terbagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu :
a. Otoriter (Authoritorian Leadership)
Kekuasaan otoriter adalah gaya
kepemimpinan berdasarkan pada kekuasaan yang mutlak dan penuh. Dengan kata lain
sang pemimpin yang dalam kepemimpinan ini
disebut juga sebagai indicator, bertindak mengarahkan pikiran perasaan
dan perilaku orang lain kepada suatu tujuan
yang telah di tetapkannya. Artinya segala ketentuan dan keputusan berada
di tangan si pemimpin.David krech,
Richard S. Crutchfield, Egerton L. Ballachey menggambarkan mengenai
kepemimpinan ini bahwa dalam suatu kelompokn yang sangat kecil, anatara
pemimpin dan pengikut terjadi kontak pribadi karena komunikasi berlangsung
secara interpersonal, namun ketika kelompok menjadi besar, maka hubungan antara
pemimpin menjadi semakin jauh dan melalui peringkat- peringkat. Menurut David krech, Richard S. Crutchfield,
Egerton L. Ballacheysuasana seperti ini kondusif untuk frustasi dan agresi
serta meningkatnya ketegangan dan konflik untra kelompok.
b.
Demokratis
(Democratic Leadership)
Yang dimaksud dengan kepemimpinan gaya
demokratis adalah gaya atau cara memimpin yang demokratis, dan bukan karena
dipilihnya si pemimpin secara demokratis. Gaya demokratis seperti ini misalnya
saja si pemimpin memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada para bawahan dan
pengikutnya untuk mengemukakan pendapatnya, saran dan kritiknya selalu
berpegang pada nilai-nilai demokrasi pada umumnya.
c.
Kepemimpinan
Bebas (Laisez Faire Leadership)
Dalam kepemimpinan jenis ini, sang
pemimpi biadsanya menunjukan suatu gaya
dan perilaku yang pasif dan juga seringkali menghindarkan dirinya dari tanggung
jawab. Dalam pratiknya pemimpin hanya menyerahkan dan menyediakan instrument
dan sumber-sumber yang diperlukan oleh anak buahnya untuk melaksanakan suatu pekerjaan
untuk mencapai tujuan yang di teapkan pemimpin. Pemimpin yang memiliki gaya ni
memang berada diantara anak buahnya, akan tetapi ia tidak memberikan motivasi,
pengarahan dan petunjuk dan segala pekerjaan di serahkan kepada anak buahnya.
Menurut Paul Harsey dan Ken Blandhard, terdapat 4 gaya
kepemimpinan yaitu :
1)
Memberitahukan,
menunjukkan memimpin, menetapkan, (Telling Directing)
2)
Menjual,
menjelaskan, memperjelas, membujuk ( Selling-Coaching)
3)
Mengikutsertakan,
memberi semangat, kerja sama (Participating Supporting)
4)
Mendeglasikan,
pengamatan, mengawasi, penyelesaian ( Delegating)
Seorang pemimpin
harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam
menerapkan gaya kepemimpinan. Itngkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1)
Tingkat
kematangan M1 (tidak mampu dan tidak ingin) maka gay kepemimpinan yang
diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adlah gaya Telling (G1),
yaitu dengan memberikathukan, menunjukkan, menginstruksikan secara spesifik.
2)
Tingkat
kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau) unuk menghadapai bawahan seperti ini
maka gaya yang di terapkan adlah gaya selling/ Coaching yaitu dengan menjual,
menjelaskan, memperjelas, membujuk.
3)
Tingkat
kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ ragu-ragu) maka gaya pemimpin yang tepat
untuk bawaha seperti ini adalah gaya pastisipatif, yaitu saling bertukar ide
& beri kesempatan untuk mengambil keputusan.
4)
Tingkat
kematangan M4 (mampu dan mau) maka gaya
kepimpinan yang tepat adlah Delegating, unutk mendelegasikan tugas dan wewenang
dengan menerapkan system control yang baik.
Seperti yang dikutip dari Careerbuider, gaya kepemimpinan atasan
sangat mempengaruhi semangat kerja para karyawan karena hal ini memberikan
dampak:
-
Motivasi
Gaya kepeimpinan sang atasan yang lemah
lembut dan bijaksana dan mampu memberikan solusi yang tepat atas setiap
permasalahan dapat memotivasi para anak buahnya untuk bekerja lebih giat lagi
dalam menciptakan ide-ide kreatif yang cemerlang. Karena seorang atasan yang
handal mampu menciptakan kondisi perusaan menjadi kental dengan suasana
kekeluargaan, bukan mencipakan persaingan yang tidak sehat anatar karyawan.
-
Memperbaiki kinerja
Seorang atasan yang baik tahu kapan
waktu yang tepat unutk mengambil kepuusan yang penuh resiko dan melanjutkan ke
tahap selanjutnya.Ia mampu menjalankan program sesuai dengan rencananya.
Terobosan seperti inilah yang akan mengubah kinerja para karyawan menjadi lebih
produktif sehingga semakin semangat dalam bekerja.
Lippite
dan Whyte, berpendapat ada 3
macam kepemimpinan :
1.
Kepemimpinan
otokrasi, artinyan suatu bentuk kepeimpinan yang ditandai oleh :
1)
Ketentuan dibuat
oleh pemimpinan
2)
Setiap langkah
diputuskan oleh pemimpin
3)
Pimpinan selalu
memberikan tugas pada setiap anggota
4)
Pimpinan dapat
memuji atau mencela pekerjaan anggota
2.
Kepemimpinan
yang demokratis, yakni suatu bentuk kepemimpinan yang di tandai oleh :
1)
Segala kegiatan
kelompok dibicarakan dan didiskusikan bersama
2)
Anggota bebas
bekerja dengan siapa saja
3)
Pimpinan memuji
dan mencela anggota secara objektif
4)
Pimpinan
berusaha bersikap dan berbuat seperti anggota
3.
Kepemimpinan
yang Liberal, artinya suatu kepemimpinan yang ditandai oleh :
1)
Pimpinan yang
jarang ikut campur dalam kegiatan anggota
2)
Pimpinan
menyiapkan kebutuhan bagi anggota
3)
Pembagian tugas
dan kerja sama diserahkan anggota
4) Pimpinan tidak memberi komentar selama kelompok
melaksanakan kegiatan, kecuali di minta pendapatnya.
Dari
hasil penelitian mereka tentang gaya kepemimpinan di dapatkan kesimpulan :
1.
Sikap Otoriter
membawa pengaruh 2 hal pada anggota , yakni :
a)
Anggota kelompok
menjadi apatis
b)
Anggota kelompok
bersikap agresif pada pimpinan
2.
Sikap Demokratis
membawa pengaruh antara lain :
a)
Ada kerukunan
diantara anggota kelompok
b)
Para anggota
bnayk mengambil inisiatid
c)
Para anggota
banyak bertanggung jawab
3.
Sikap Liberal
banyak membawa pengaruh :
a)
Para anggota
bertanggung jawab besar
b)
Hubungan antara
anggota kurang
c) Ada suasana pertentangan antar anggota kelompok
Tidak banyak
orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena
di latihkan. Artinya menjadi pemimpin yang baik harus lah mengalami trial and errordalam menerapkan gaya
kepemimpinan. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki jiwa pemimpin sejak lahir,
namun perkembangan lingkungan dan kedewasaan dalam bersosialisasi dapat mempengaruhnya.
Kalau disebut pengikut, simpatisan atau kader, dikatakan demikian karena
pengikut umumnya dengan sedirinya telah memberikan, kepercayaan penuh keada
sang ketua umum atas ideology dan tindakannya.
B.
Kekuasaan dan Pengaruh
Kekuasaan dapat di definisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang
pemimpin, kekuasaan seringkali di pergunakan silih berganti dengan istilah
pengaruh dari otoritas. Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan
kondisi yang berubah dengan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan dengan
hal ini telah di kemukakan social exchange theoty, strategic contingency theory
dan proses-proses politis sebagai usaha untuk mempertahankan melindungi dan
meningkatkan kekuasaan.
Titik perhatian yang timbul dalam
pikiran adalah menyangkut kekuasaan. Dengan kekuasaan yang sejalan dengan peran
dalam jabatan, seorang dapat memerintahkan seorang dapat memerintahkan
seseorang unutk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dibebankan
kepadanya untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Jadi bagaimanapun
kekuasaan adalah kapasitas yang menyebabkan perubahan.
Sejalan dengan penjelasan tersebut maka
titik pusat pikiran akan terarah pula pada kekuasaan dan kepemimpinan, oleh
karenanya tidak terlepas untuk memahami mengenai sumber kekuasan pemimpin
motif-motif pemimpin. Dengan pikiran itu pula, perlu memahami yang berkaitan
dengan taktik-taktik memengaruhi yang disebut dengan 1) persuasi rasional; 2)
meminta isnpirasi; 3) konsultasi; 4) integrasi; 5) permohonan; 6) pertukaran;
7) koalisi; 8) menekan; 9) legitimasi.
Dengan demikian kekuatan (dalam konteks
kepemimpinan pendidikan) adalah data yang
ditimbulkan seorang pemimpin dalam otoritasnya pada kepemimpinan pendidikan. Sedangkan
pengaruh merupakan representasi dan
kekuatan yang dapat membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan anggota dalam
mewujudkan situasi atau iklim kerja sama dalam kepemimpin pendidikan.
Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya,
seorang pimpinan pendidikan di pengaruhi oleh factor-faktor yang mewarnai pola
kepemimpinan di antaranya :
1.
Factor Legal
Pemimpin pendidikan akan berhadapan
dengan peraturan-peraturan formal dari instansi structural yang berada di
atasnya. Misalnya filsafah pancasila, undang-undang 1945, keputusan presiden,
keputusan menteri, serta undamg undamg lainnya akan mempengaruhi pola
kepemimpinan pendidikan, demikian pula dengan standar yang berkaitan dengan
pengangkatannya sebagai pemimpin pendidikan (misalnya Serifikasi, Pola
penyeleksian, kualifikasi professional).
2.
Kondisi Sosial
Ekonomi dan Konsep-konsep Pendidikan
Factor ini memungkinkan tersedinya
sumber-sumber dan fasilitas pendidikan dalam memperlancar proses pendidikan
yang termasuk pemahaman pemimpin terhadap tujuan pendidikan yang akan mewarnai
tindakan kepemimpinannya.
3.
Hakikat dan Ciri
Sekolah
Yang merupakan factor yang berkaitan
dengan ciri dan hakikat para staf, murid dan jenis sekolah, system
administrasi, kurikulum dan pendekatan yang di gunakan dalam system pendidikan.
4.
Kepribadian dan
pimpinan pendidikan dan Latihan-latihan
Tidak
dapat dipungkiri bahwa individu (pemimpin) membawa suatu dalam jabatannya.
Energy, loyalitas, paradigm dan atribut profesionalyang mlekat padanya akan
berpengaruh terhadap system kepemimpinan. Selain itu, pendidikan tambahan dan
latihan-latihan juga akan memperkaya jabatan kepemimpinannya.
5.
Perubahan-perbuahan
yang terjadi dalam teori pendidikan
Tugas
kepemimpinan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai perubahan teori dan metode
aktvitas belajar, konsep-konsep pertumbuhan dan perkembangan anak membawa
implikasi terhadap prosedur pengajaran di kelas.Perubahan dan perkembangan
kurikulum juga menghendaki persiapan kepemimpinan dan keterampilan,
kepemimpinan yang baru. Perubahan dalam teori-teori pendidikan akan mengubha
strategi pengelolaan dan kepemiminan.
Bahwa dapat di simpulkan untuk memahami
pemimpin secara terfokuskan bahwa sejalan dengan pemikiran diatas maka pyramid
kekuasaan dapat digambarkan sebagai model bagaimana mendapatkan kekuasaan
melalui kekuatan dari prinsip 1) kepercayaan ; 2) menghargai; 3) mengakui
kesalahan; 4) menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab mereka; 5) memberikan
wewenang yang seimbnag dengan tanggung jawab mereka; 6) rumusan standar yang
memuaskan; 7) legkapi mereka dengan pelatihan dan pengambanganagar dapat
memenuhi ketentuan standar; 8) berikan pengetahuan dan informasi; 9) siapkan mereka dengan umpan
balik atas kinerja mereka; 10) tantang mereka dengan kemuliaan dan hormati.
C.
Pengelolaan Manusia
1.
Desain Pekerjaan
Desain
pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau untuk kelompok karyawan secara
organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan - penugasan kerja yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasasi, teknologi dan keprilakuan.
2.
Analisis
Pekerjaan
Analisis
pekerjaan mencakup dua unsur, yaitu: uraian pekerjaan dan spesifikasi
pekerjaan. Uraian memerhatikan isi pekerjaan, tugas-tugas dan tangungg
jawab.Spesifikasi menekankan kepada pengalaman, pendidikan dan keterampilan
yang harus dimilki oleh jabatan atas pekerjaan itu.
Ada
beberapa elemen keperilakuan yang dipertimbangkan daam desain pekerjaan, yaitu
:
-
Otonomi, tangung
jawab atas apa yang dilakukan
-
Variasi, adanya
kombinasi dalam berkerja agar tidak menjenuhkan dan membosankan.
-
Identitas tugas,
agar timbul kepuasan dalam bekerja.
-
Umpan balik,
seberapa baik pelaksaan pekerjaan , maka karyawan akan mempunyai pedoman atau
motivasi untuk melaksanakan dengan lebih baik.
D.
Pengelolaan (Manajemen) Sumber Daya Manusia
Menejemen adalah suatu seni mengatur
orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan penyelesaikan
pekerjaan. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu proses yang terdiri :
1.
Perekrutan sumber
daya manusia
2.
Seleksi sumber
daya manusia
3.
Pengembangan
sumber daya manusia
4.
Pemeliharaan
sumber daya menusia
5.
Penggunaan
sumber daya manusia
a.
Tujuan sumber
daya manusia
Tujuan utama dari
manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan.
b.
Fungsi-fungsi
Manajemen
Fungsi-fungsi Manajemen
yang mencakup :
1)
Planning
(Perencanaan)
2)
Organizing and
Staffing (Pengaturan dan penyelidikan staf)
3)
Direction
(Pengarahan)
4)
Controling
(Pengontrolan)
5)
Coordinating (
Pengoorganisasian)
Fungsi operasional yang
terdiri dari :
1)
Pengadaan SDM
2)
Pegembangan dan
kompensasi (imblan)
3)
Integrasi
4)
Pemeliharaan,
dan
5) Pemutusan hubungan kerja.
E. Kepengikutan
Menurut
Prof.Drs.Onong Uchjana Effendy,M.A dalam Psikologi Manajemen dan Administrasi
(1989:169), kepengikutan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kepengikutan
Berdasarkan Naluri
Dalam klasifikasi ini, terjadi kepengikutan
pada sejumlah orang disebabkan adanya dorongan untuk menaruh kepercayaan kepada
seseorang sehingga mereka bersedia untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu
yang dikendaki orang yang memperoleh kepercayaan itu. Orang yang menerima kepercayaan
itu diakui sebagai pemimpin karena dianggapnya mampu melindungi kepentingan atau
mewujudkan aspirasi orang-orang yang menaruh kepercayaan tadi.
2. Kepengikutan
Berdasarkan Tradisi
Kepengikutan
ini timbul disebabkan adanya kebiasaa secara turun-temurun. Kepercayaan ini terdapat
baik dalam masyarakat skala besar maupun skala kecil. Dalam kepengikutan ini
orang-orang yang menjadi pengikutnya tidak melakukan penilaian terhadap benar salahnya
atau baik buruknya kebijakan yang dijalankan pemimpin.
3. Kepengikutan
Berdasarkan Agama
Para
pengikut ini kerap kali bersifat fanatik, berani mati, karena matinya itu demi
Tuhan penguasa dunia akhirat. Khalayak yang menjadi pengikut pimpinanannya berdasarkan
agama menganggap bahwa pemimpin itu adalah orang yang dapatdiandalkan dan dapat
dipercaya.
4. Kepengikutan
Berdasarkan Rasio
Kepengikutan
ini dijumpai pada orang-orang terpelajar dikalangan masyarakat. Mereka mengakui
seseorang sebagai pemimpinannya berdasarkan pertimbangan rasional karena sebagai
seorang pemimpin berpendidikan tinggi dan berwawasan luas. Oleh karena itu,
khalayak menganggap bahwa prilaku sang pemimpin itu didalam prilaku yang matang
serta dapat mengetahui pula tindakan apa yang akan diambil jika pemimpin tersebut
keliru.
5. Kepengikutan
Berdasarkan Peraturan
Kepengikutan
ini terdapat pada masyarakat yang modern, dimana orang-orang mengelompokan diri
untuk mencapai suatu tujuan untuk kepetingan bersama secara bersam-sama.
Dari
5 kepengikutan diatas dapat disimpulkan bahwa kepengikutan ini bisa timbul dengan
sendirinya tanpa adanya persuasi karismatik atau bias muncul karena paksaan.
Kepengikutan karena naluri
dan nafsu keinginan dimana
sorang pemimpin dapat menggerakan sekelompok orang dengan memberikan kepuasan
pada kebutuhan hidup tertentu baik secara individual maupun social dengan menghilangkan
kepribadian individual menjadi kepribadian massa. Kepengikutan karena tradisi atau adat disebakan oleh dua hal, yaitu
ketaatan dalam menjalankan aturan-aturan yang berlaku dengan konsekuensi sanksi
yang ada. Kedua karena sayang dan setia pada tradisi. Kepengikutan karena agama dan budi pekerti lebih banyak didorong oleh
suara hati nurani untuk membedakan yang baik dan tidak baik, karena hati nurani
bersumber dari agama yang membawa kita ke jalan yang baik. Kepengikutan karena rasio. Seseorang mengikuti pemimpin karena telah
dipikir secara masak-masak bahwa ia mendapatkan keuntungan, baik itu secara
material maupun secara spiritual.
F.
Kepemimpinan Dalam Kelompok Dan Tim Kerja
Berdasarkan dengan hal-hal yang
terkait dengan kelompok yang mencakup apa yang disebut dengan :
1. Ukuran
kelompok
2. Tingkatan
perkembangankelompok
3. Norma-norma
kelompok
4. Jaringan-jaringan
komunikasikelompok
5. Perhubungankelompok
Kelompok
adalah dapat dipikirkan sebagai dua orang atau lebih dapat berinteraksi satu sama
lainnya dan setiap orang satu sama lainnya dapat saling mempengaruhi. Dari
uraian ini dapat diketahui perbedaan pemahaman membentuk kelompok dengan tim.
Membentuk tim tidak hanya sekedar mengumpulkan orang, membagi tugas melainkan jenis
peran didalam tim yang biasa disebut dengan driver, planner, enabler, dan
controller. Jadi tim adalah sekelompok orang yang bekerja sama sesuai dengan peran
yang dibutuhkan karena sifat spesialisasinya.
G.
Fungsi Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja, anatara lain:
1.
Pemimpin
membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa
kebebasan
2.
Pemimpin
membantu kelompok untuk mengorganisasi dirinya yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjalankan tujuan.
3.
Pemimpin
membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok menganalisis situasi untuk kemudian
menetapkan prosedur mana yang paling praktis.
4.
Efektif.
5.
Pemimpin
bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin
mempunyai tanggungjawab melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan
yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.
6. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan
memperhatikan eksistensi organisasi.
H. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Berdasarkan konsep, sifat, sikap, dan cara-cara pemimpin
tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan
kerja yang dipimpinya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan
kedalam 4 tipe, yaitu: tipe otoriter, tipe laiseez-faire
, tipe demokratis, dan tipe pseudo demokrasi.
1.
Tipe otoriter
Tipe kepemimpinan otoriter disbut juga tipe kepemimpinan
“authoritarian”. Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai
diktaktor terhadap anggota-anggota kelompoknya. Kekuasaan otoriter hanya dibatasi oleh Undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain menunjukkan dan
memberi perintah.
2.
Tipe laiseez-faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak
memberikan kepemimpinanya,
dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi
terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan
sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinannya.
3.
Tipe demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan
kepemimpinanya, bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpindi
tengah-tengah anggota kelompok.
Hubungan
dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya,
melainkan sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pimpinan yang demokratis
selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara produktif
untuk mencapai tujuan bersama.
4.
Tipe pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi
diplomatik. Pemimpin yang
bertipe ini hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia
bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, konsep-konsep
yang ingin diterapkan di lembaga yang dipimpinya, maka hal tersebut
didiskusikan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan
diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhinya bawahan didesak agar menerima
ide/pikiran konsep tersebut sebagai keputusan bersama.
I.
Syarat-Syarat
Pimpinan Pendidikan
Untuk memangku jabatan pemimpin
pendidikan yang dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya
sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan
jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomi
yang layak. Akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah
persyaratan–persyaratan sebagai berikut:
1.
Rendah hati dan sederhana
2.
Bersifat suka menolong
3.
Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4.
Percaya kepada diri sendiri
5.
Jujur, adil dan dapat dipercaya
6.
Keahlian dalam jabatan
Adanya
syarat-syarat kepemimpinan seperti diuraikan diatas menunjukkan bahwa
kepemimpinan tidak hanya memerlukan kesanggupan dan kemampua, tetapi
lebih-lebih lagi kemampuan dan kesediaan pemimpin.
J. Keterampilan
Yang Harus Dimiliki Pemimpin
Seorang pemimpin harus mempunyai
keterampilan. Dibawah ini akan diuraikan beberapa keterampilan yang perlu
dimiliki oleh seseorang pemimpin pendidikan.Keterampilan-keterampilan tersebut
adalah:
1.
Keterampilan dalam memimpin. Pemimpin harus menguasai
cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak
sebagai seseorang pemimpin yang baik.
2.
Keterampilan dalam hubungan insani. Hubungan insani
adalah hubungan antar manusia.
3.
Keterampilan dalam proses kelompok. Setiap anggota
kelompok mempunyai perbedaan, ada yang lebih ada yang kurang, tetapi dalam
kelompok mereka harus dapat bekerja sama.
4.
Keterampilan dalam administrasi personel. Administrasi
personel mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang
dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien.
5.
Keterampilan dalam menilai. Penilai atau evaluasi adalah
suatu usaha untuk mengetahui sampai dimana suatu kegiatan sudah dapat
dilaksanakan atau sampai dimana suatu tujuan sudah dicapai.
K. Pendekatan
Tentang Teori Munculnya Pemimpin
Munculnya
pemimpin dikemukakan dalam beberapa teori, yaitu:
1.
Teori pertama berpendapat bahwa seseorang akan menjadi
pemimpin karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin, dengan kata lain
mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pimpinan. Teori ini disebut teori genetis.
2.
Teori kedua mengemukakan bahwa seseorang akan menjadi
pemimpin kalau lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Teori ini disebut teori sosial.
3.
Teori ketiga, adalah gabungan dari teori pertama dan
teori kedua, ialah untuk menjadikan seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu
perlu dibina supaya berkembang.
Kemungkinan
untuk mengembangkan bakat ini tergantung kepada lingkungan, waktu, dan keadaan. Teori ini disebut teori ekologis.
4.
Teori keempat, disebut teori situasi. Menurut teori ini
setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena
ia mempunyai kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi itu.
L. Pendekatan Dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
Kazt mengemukakan tiga keterampilan yang harus dikuasai oleh
seorang pemimpin, yaitu sebagai berikut:
1.
Human Relation Skill. Kemampuan berhubungan dengan
bawahan. Bekerja sama meciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif.
Tejalin hubungan baik sehingga bawahan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
2.
Technical Skill. Kemampuan menerapkan ilmunya kedalam
pelaksanaan (operasional). Dalam rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber
daya yang ada.
3.
Conceptual Skill. Kemampuan di dalam melihat sesuatu
secara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya, seperti dalam mengambil
keputusan, menentukan kebijakan, dan lain-lain.
a.
Pendekatan Sifat (Traits Approach)
Pendekatan sifat didasari asumsi bahwa
kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan
pemimpin. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu yang membedakan antara
seorang pemimpin dengan bukan pemimpin.
Sifat-sifat pokok
itu biasanya meliputi:
1)
Kondisi fisik; energik, kuat, dan lain-lain
2)
Latar belakang sosial : berpendidikan dan berwawasan
kuat, serta berasal dari lingkungan sosial yang dinamis.
3)
Kepribadian: adaptif, egresif, emosi stabil, populer dan
kooperatif, dan lain-lain.
b.
Pendekatan keperilakuan ( Behavioral Approach)
Pendekatan keperilakuan memandang
kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas
dari pemimpin dalam kegiatannya untuk memengaruhi anggota-anggota kelompok atau
pengikutnya.
Gaya-gaya kepemimpinan dapat dikategorikan
sebagai gaya yang berorientasi pada tugas dan gaya yang berorientasi pada
hubungan dengan bawahannya. Yang dimaksud denga istilah gaya ialah suatu cara
berperilaku yang khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota kelompoknya.
1)
Studi kepemimpinan
Ohio State University
Dilakukan oleh Hemphil dan Coons, dan kemudian diteruskan oleh Halpin dan
Winer, melihat kepemimpinan itu diatas dua dimensi perilaku pemimpin yaitu: “
initating structure and consideration”.
Yang dimaksud dengan “ intiating structure” ( struktur tugas) ialah cara
pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola
organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai di dalam
organisasi.Sedangkan yang dimaksud dengan “ consideration” (tenggang rasa)
adalah mengahargai, kehangatan, perhatian, dan keakraban hubungan antara
pemimpin dengan para anggota kelompoknya.
2)
Teori kepemimpinan
Managerial Gird
Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Blake
dan Jane S. Mouten yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan yaitu : “
Concern for people” dan Concern for production”. Pada dasarnya teori Managerial
Gird ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek utama
yaitu pertama menekankan pada produksi (concern for production) dan yang kedua
menekankan hubungan antar individu (concern for people).
Gaya kepemimpinan yang kedua disebut “country
club” artinya kepemimpinan yang didasarkan kepada hubungan informal antar
individu, keramah-tamahan dan kegembiraan. Tekanan terletak kepada penghargaan
kepada hubungan kemanusiaan secara optimal.
Gaya kepemimpinan yang ketiga ialah “
team” yang berarti keberhasilan sesuatu oragnisasi tergantung kepada hasil
kerja sejumlah individu yang penuh pengabdian. Tekanan utama terletak kepada
kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan antar sesama
kelompok.
Gaya kepemimpina yang keempat ialah “
task” artinya pemimpin memandang efesien kerja sebagai faktor utama untuk
keberhasilan organisasi. Penekanannya terletak pada pemimpin individu dalam
organisasi.
Gaya kepemimpinan yang kelima disebut “
middle road” artinya tengah-tengah. Yang menjadi tekanan pada gaya ini ialah
pada keseimbangan yang optimal antara tugas dan hubungan manusiawi.
3)
Model Getzels dan
Guba
Getzels dan Guba
mengadakan studi yang menganalisis perilaku pemimpin dalam sistem sosial.
Mereka mengemukakan dua kategori perilaku. Yang pertama ialah perilaku
kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi nomotetis yang meliputi
usahanya memenuhi tuntutan organisasi.
Yang kedua ialah perilaku kepemimpinan yang bergaya
personal yang disebut dimensi ideografis yaitu pemimpin mengutamakan kebutuhan
dan ekspektasi anggota organisasinya. Dimensi pertama disebut juga dimensi
sosiologis, sedangkan dimensi kedua disebut psikologis.
c.
Pendekatan Kontigensi/ Situasi
Pendekatan kontigensi atau pendekatan situasional ini melahirkan banyak
model kepemimpinan. Beberapa model kepemimpinan akan diuraikan dibawah ini :
1)
Model kepemimpinan
kontigensi
Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh
Fred Fiedler. Dia berpendapat
bahwa keberhasilan seseorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh suatu gaya kepemimpinan
yang diterapkannya. Dengan kata lain
tidak ada seseorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu macam
gaya untuk semua situasi.
Seorang
pemimpin akan cenderung berhasil dalam
menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang
berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda.
2)
Model kepemimpinan
tiga dimensi
Model kepemimpinan ini dikemukakan oleh Williaw. J.
Reddin. Model ini dinamakan “Three dimensional model” karena dalam
pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpina, yang disebut gaya
dasar, gaya efektif, dan gaya tidak efektif menjadi satu kesatuan.
3)
Teori kepemimpinan
situasional
Teori kepemimpinan situasional
dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard. Teori ini merupakan
perkembangan mutakhir dari teori kepemimpinan dan merupakan hasil dari model
keefektifan pemimpin tiga dimensi.
Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang
efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk
menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas maupun hubungan antar manusia.
Makin matang pengikut, pemimpin harus mengurangi tingkat struktur tugas dan
menambah orientasi hubungannya.
Dalam
kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya
kepemimpinan seperti diuraikan dibawah ini:
1.
Telling ( S1) yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi
dan hubungan rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah. Pemimpin
yang berperan dan mengatakan apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas harus
dilakasanakan.
2.
Selling ( S2) yaitu perilaku dengan tugas tinggi dan
hubungan psikologis.
3.
Siapakah yang disebut pemimpin pendidikan tinggi
kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba
komunikasi dua arah dengan dukungan sosio-emosional untuk menawarkan keputusan.
4.
Participating ( S3) yaitu perilaku hubungan tinggi dan
tugas rendah. Keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup
mampu dan cukup berpengalaman untuk melakukan tugas.
5.
Delegating ( S4) yaitu perilaku hubungan dan tugas
rendah. Gaya ini memberi kesempatan pada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas
mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang
dipimpin adalah orang yang sudah matang dalam melakukan tugas dan matang pula
secara psikologis.
Makna kepemimpinan pendidikan
merupakan penjurusan kepada satu bidang khusus dari hakikat umum tentang kependidikan, maka
dapatlah dipahami bahwa orang-orang yang tergolong pemimpin pendidikan jauh
lebih daripada yang diperkirakan semula.
Guru, wali kelas, kepala sekolah,
pengawas, kepala kantor bidang kepedidikan pada semua tingkat, semua tenaga
edukatif pada kantor dinas dan departemen, kepala direktorat dalam lingkungan
direktorat jendral pendidikan, ketua jurusan, dekan, rektor, dan
pembantu-pembantunya pada sekolah tinggi, akademi institut dan universitas,
ahli-ahli ilmu pendidikan dan masih banyak lagi, merupakan pemimpin pendidikan.
d.
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga
guru-guru dapat mengajar dan murid-murid belajar dengan baik.Dalam melaksanakan
fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu
melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar
yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga kemampuan guru-guru meningkat
dalam membimbing pertumbuhan murid-muridnya.
Kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana dan prasarana
pendidikan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya
sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid meperoleh kepuasan dalam
melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, ia harus
mampu membantu guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat, membantu guru membina
sesuai minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Untuk dapat melaksanakan
tanggung jawab tersebut, kepala sekolah harus memiliki pendidikan dan
pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan
kali ini yaitu :
1.
Kepemimpinan
pendidikan merupakan bentuknkemampuan penggerak pelaksanaan pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.
2.
Kekuatan (dalam
konteks kepemimpinan pendidikan) adalah data yang ditimbulkan seorang pemimpin
dalam otoritasnya pada kepemimpinan
pendidikan. Sedangkan pengaruh merupakan representasi dan kekuatan yang dapat
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan anggota dalam mewujudkan situasi
atau iklim kerja sama dalam kepemimpin pendidikan.
3.
Pengelolaan
manusia meliputi desain pekerjaan dan analisis pekerjaan.
4.
Pengelolaan
(manajemen) sumber daya manusia merupakan suatu proses yang terdiri atas
perekrutan sumber daya manusia, seleksi sumber daya manusia, pengembangan
sumber daya manusia, pemeliharaan sumber daya menusia dan penggunaan sumber
daya manusia.
5.
Kepengikutan dalam psikologi manajemen
dan administrasi meliputi kepengikutan berdasarkan naluri, kepengikutan berdasarkan
tradisi, kepengikutan berdasarkan agama, kepengikutan berdasarkan rasio dan
kepengikutan berdasarkan peraturan.
6.
Kepemimpinan dalam kelompok dan tim
kerja meliputi sekelompok orang yang bekerja sama sesuai dengan peran yang
dibutuhkan karena sifat spesialisasinya.
7.
Fungsi utama
pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja,
anatara lain Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama,
dengan penuh rasa kebebasan; Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasi
dirinya yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada
kelompok dalam menetapkan dan menjalankan tujuan dan Pemimpin bertanggungjawab
dalam mengembangkan dan memperhatikan eksistensi organisasi.
8.
Berdasarkan konsep, sifat, sikap, dan cara-cara pemimpin
tersebut melakukan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinan dalam lingkungan
kerja yang dipimpinya, maka kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan
kedalam 4 tipe, yaitu: tipe otoriter, tipe laiseez-faire
, tipe demokratis, dan tipe pseudo demokrasi.
9.
Syarat-syarat pimpinan pendidikan yaitu rendah hati dan sederhana,
bersifat
suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan
emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil dan dapat dipercaya dan keahlian dalam jabatan.
10. Keterampilan yang
harus dimiliki pemimpin antara lain keterampilan dalam
memimpin, keterampilan dalam hubungan
insani, keterampilan dalam proses
kelompok, keterampilan dalam administrasi
personel dan keterampilan dalam
menilai.
11. Pendekatan tentang
teori munculnya pemimpin meliputi teori genetis, teori sosial,
teori
ekologis dan teori situasi.
12. Pendekatan dalam
mempelajari kepemimpinan pendidikan
harus meguasai tiga keterampilan yaitu human relation
skill, technical skill dan conceptual skill
B. Saran
Dalam
pembuatan makalah ini penulis masih memiliki beberapa kekurangan baik itu dari
segi isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu kedepan diharapkan untuk para
pembaca dapat membaca referensi yang cukup banyak dalam pembuatan makalah tentang
genetika ini agar materi yang diperoleh menjadi bervariasi dan lebih mudah
dimengerti.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismaya, B. 2015. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : PT. Refika Aditama
Suryana, A.
2010. Kepemimpinan Pendidikan. (Online), (http://file.upi.edu/Di-rektori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197203211999031-ASEP_SURYANA/Copy_(2)_of_DIKTAT_KEPEMIMPINAN_PENDIDIKAN1.pdf,
diakses 31 Oktober 2016).
Muflihin, M.H.
2008. Kepemimpinan Pendidikan. (Online), (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=402431&val=3912&title=Kepemimpinan%20Pendidikan:%20%20Tinjauan%20terhadap%20Teori%20Sifat%20%20dan%20Tingkah-laku,
diakses 01 November 2016).